Mengulas Apple iPhone Air: Produk yang Saya Suka, Tapi Tak Akan Pernah Saya Beli
Saya punya pengakuan: tidak ada yang lebih menyebalkan daripada pengulas produk yang sibuk bilang betapa hebatnya sebuah perangkat, padahal ia sendiri sama sekali tidak berniat membeli atau menggunakan secara serius. Nah, termasuk dalam kategori itu juga ulasan saya terhadap iPhone Air ini—karena saya sangat menyukainya, tetapi saya tidak akan membelinya, bahkan “sejuta tahun pun” mungkin masih enggan.
Tujuan saya bukan menjelekkan, tapi lebih ke jujur: saya akan menelusuri mengapa saya menyukai iPhone Air, sekaligus mengapa saya memilih tidak membeli. Saya juga akan membahas kapan perangkat ini tepat untuk Anda, dan kapan Anda sebaiknya melirik opsi lain.
Kesan Awal: Ringan, Tipis, dan “Elegan”
iPhone Air diperkenalkan pada 9 September 2025 dan mulai tersedia 19 September 2025. Wikipedia+3MakeUseOf+3Tom’s Guide+3 Perangkat ini hadir dalam empat warna pilihan — Sky Blue (Biru Langit), Light Gold (Emas Muda), Cloud White (Putih Awan), dan Space Black (Hitam Angkasa). Di mulai dari harga US $999 untuk model 256 GB. The Guardian+1
Spesifikasinya:
-
SoC Apple A19 Pro (6-core CPU, 5-core GPU, 16-core Neural Engine) TechRadar+1
-
Layar OLED 6,5″ Super Retina XDR dengan refresh rate hingga 120 Hz TechRadar+1
-
Kamera utama 48 MP (dan 18 MP kamera depan) TechRadar+1
-
Bobot hanya 165 gram dan ketebalan 5,64 mm — menjadikannya salah satu iPhone paling tipis dan ringan hingga saat ini. The Guardian+1
Ketika saya menggenggamnya, sensasinya benar-benar “mewah tipis”: terasa hampir seperti selembar kaca yang bisa dipegang. Desain seperti ini mengingatkan saya masa keemasan iPhone pada tahun 2014 — tepatnya saat iPhone 6 diluncurkan dan menjadi simbol sederhana tapi elegan. Saya punya nostalgia tersendiri dengan itu.
Kenapa Saya Menyukainya
-
Desain ringan dan tipis: Dengan bobot hanya 165 g dan profil yang sangat tipis, iPhone Air memang menyenangkan untuk digenggam, disimpan di saku, atau digunakan tanpa terasa “berat”.
-
Performa flagship sejati: Meskipun ia bukan model “Pro” tertinggi, A19 Pro yang digunakan hadir dengan performa hebat dan hampir tak ada kompromi dalam penggunaan harian atau multitasking berat.
-
Layar dan pengalaman visual: Layar besar 6,5″ dengan refresh rate 120 Hz membuat pengalaman menonton, scrolling, ataupun gaming terasa mulus dan premium.
-
Sentuhan nostalgia: Bagi saya, ada “feel” yang berbeda — walaupun teknologi sudah sangat maju, iPhone Air menghadirkan sensasi ponsel yang ringan namun berkelas, mirip kenangan iPhone masa lalu.
Kenapa Saya Tidak Akan Membelinya
Meski saya menyukai perangkat ini, ada sejumlah alasan kuat mengapa saya memilih tidak membeli:
-
Kompromi kamera
Meskipun kamera 48 MP cukup untuk banyak pengguna, iPhone Air hanya memiliki satu lensa belakang utama, tanpa ultra-wide atau telephoto seperti yang hadir di model “Pro”. Beberapa ulasan menyebut ini sebagai pengorbanan cukup besar. Gizmodo+1
Jika Anda adalah pengguna yang aktif memotret berbagai situasi (ultra-wide, zoom, makro), maka perangkat ini mungkin terasa kurang lengkap. -
Baterai dan daya tahan
Karena desainnya yang sangat tipis, ruang untuk baterai jadi terbatas. Beberapa pengujian menunjukkan bahwa daya tahan baterai memang “cukup” untuk sehari penuh penggunaan ringan, tapi tidak menonjol dibanding model yang lebih “tebal”. Tom’s Guide+1
Jika Anda penggunaan berat (gaming, kamera intensif, streaming), mungkin akan merasa kurang “tenang” dengan Air ini. -
Harga vs fitur
Dengan harga mulai US $999, iPhone Air berada di posisi yang cukup mahal untuk sebuah perangkat yang melakukan kompromi di beberapa aspek penting. Beberapa analis menyebut bahwa bagi banyak orang, pilihan yang lebih “seimbang” mungkin berada di model iPhone standar atau Pro. TechRadar+1
Jadi, dari sudut nilai, saya sulit “membenarkan” pembelian jika saya tidak benar-benar membutuhkan keunggulan desain ekstrem. -
Pertanyaan tentang kebutuhan riil
Seperti yang saya ungkap di awal: banyak orang mengatakan mereka tidak peduli seberapa tipis atau ringan ponsel mereka—dan saya termasuk yang percaya bahwa fitur lebih penting daripada hanya profil tipis. Jika Anda salah satu dari pengguna yang penting fitur lengkap, tidak hanya desain, maka iPhone Air mungkin bukan pilihan terbaik.
Kapan iPhone Air Cocok untuk Anda?
Jika Anda adalah salah satu dari berikut ini, maka iPhone Air bisa jadi sangat tepat:
-
Anda menyukai desain tipis dan ringan sebagai prioritas utama — misalnya sering saku/saku celana, atau menggunakan satu tangan banyak.
-
Anda lebih sering melakukan aktivitas ringan: browsing, sosial media, video-streaming, dan bukan fotografi ekstrem atau gaming berat.
-
Anda ingin ponsel “kelas flagship Apple” tapi dengan profil yang mungkin lebih elegan dan kurang “berat” dibanding model Pro besar.
-
Anda penggemar Apple yang mengutamakan estetika dan “feel” perangkat di tangan — bukan hanya sejumlah fitur tambahan.
Kapan Sebaiknya Anda Pertimbangkan Alternatif?
Jika Anda:
-
Sering memakai ultra-wide/telephoto untuk foto/video.
-
Pengguna berat yang membutuhkan daya tahan baterai maksimal, atau kerap bermain game berat.
-
Mementingkan nilai beli dengan fitur lengkap dibanding hanya desain tipis.
Maka Anda mungkin lebih baik melirik model iPhone 17 atau iPhone 17 Pro, yang menawarkan fitur kamera lebih banyak, baterai lebih besar, dan mungkin nilai yang lebih seimbang untuk penggunaan jangka panjang.
Kesimpulan
iPhone Air adalah karya desain yang mengagumkan — sangat tipis, ringan, dan menawarkan pengalaman flagship Apple yang cukup lengkap. Saya menyukainya, dan saya benar-benar bisa mengerti kenapa banyak orang terpesona dengannya.
Tapi di saat yang sama, saya memilih tidak membelinya, karena untuk kebutuhan saya pribadi, kompromi-kompromi yang dilakukan (kamera, baterai, harga) membuatnya kurang “terasa cocok”.
Jadi, jika Anda mempertimbangkan iPhone Air: tanyakan pada diri Anda — “Apakah saya mengutamakan desain ultra-tipis dan ringan, atau saya mengutamakan fitur lengkap dan fleksibilitas?” Kalau jawabannya yang pertama: mungkin iPhone Air adalah pilihan Anda. Kalau jawabannya yang kedua: mungkin ada pilihan yang lebih “masuk akal”.
Penulis: Rafi Kurniawan
Editor: Dewi Lestari
